Pengertian Rampak Bedug
Kata "bedug" sudah tidak asing lagi bagi telinga bangsa Indonesia. Bedug terdapat di hampir setiap masjid, sebagai alat atau media informasi datangnya waktu shalat wajib 5 waktu. Demikian juga dengan seni bedug semacam ngabedug atau ngadulag sudah akrab di telinga bangsa kita, khususnya lagi bagi telinga kaum muslimin.Tapi "rampak bedug" akan terasa asing, bahkan di telinga masyarakat Muslim sekalipun.Karena rampak bedug hanya terdapat di daerah Banten sebagai ciri khas seni-budayaBanten. Kata "rampak" mengandung arti "serempak" juga banyak. Jadi "rampak bedug"adalah seni bedug dengan menggunakan waditra berupa "banyak" bedug dan ditabuhsecara "serempak" sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar.
![]() |
source gambar: http://humaspdg.wordpress.com |
"Rampak Bedug" dapat dikatakan sebagai pengembangan dari seni bedug atau ngadulag. Bila ngabedug dapat dimainkan oleh siapa saja, maka "Rampak Bedug" hanya bisa dimainkan oleh para pemain profesional. Rampak bedug bukan hanya dimainkan di bulan Ramadhan, tapi dimainkan juga secara profesional pada acara-acara hajatan (hitanan, pernikahan) dan hari-hari peringatan kedaerahan bahkan nasional. Rampak bedug merupakan pengiring Takbiran, Ruatan, Marhabaan, Shalawatan (Shalawat Badar), dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.
Maksud dan Fungsi Rampak Bedug
Rampak bedug pertama kali dimaksudkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan, persis seperti seni ngabedug, persis seperti seni ngabedug atau ngadulag. Tapi karena merupakan suatu kreasi seni yang genial dan mengundang perhatian penonton, maka seni rampak bedug ini berubah menjadi suati seni yang layak jual, sama dengan seni-seni musik komersial lainnya. Walau para pencetus dan pemainnya lebih didasari oleh motivasi religi, tapi masyarakat seniman dan pencipta seni memandang seni rampakbedug sebagai sebuah karya seni yang patut dihargai.
Rampak bedug selain berfungsi religi, yakni menyemarakan bulan suci Ramadhan dengan alat-alat yang memang dirancang para ulama pewaris Nabi , juga memiliki fungsi rekreasi/hiburan. Tentu saja berbeda dengan ngabedug, rampak bedug memiliki fungsi ekonomis, yakni suatu karya seni yang layak jual. Masyarakat pengguna sudah biasa mengundang seniman rampak bedug untuk memeriahkan acara-acara mereka. Dalam fungsi religi selain menyemarakan Tarawihan adalah sebagai pengiring Takbiran dan Marhabaan.
Sejarah dan Perkembangan Rampak Bedug
Tahun 1950-an merupakan awal mula diadakannya pentas rampak bedug. Pada waktu itu, di Kecamatan Pandeglang pada khususnya, sudah biasa diadakan pertandingan antar kampung. Sampai tahun 1960 rampak bedug masih merupakan hiburan rakyat, persis ngabedug. Kapan rampak bedug diciptakan, mungkin jauh sebelum tahun 1950-an. Siapa pencipta awal rampak bedug ? Ini pun sepertinya tidak dicatat. Bahkan mungkin saja sang creator tidak menyebut-nyebut dirinya. Hanya saja disebut-sebut, bahkan tepatnya di Kecamatan Pandeglang. Kemudian seni ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya, malah hingga ke Kabupaten Serang.
Seni rampak bedug mulai ramai dipertandingkan pada tahun 1955-1960. Kemudian antara tahun 1960-1970 Haji Ilen menciptakan suatu tarian kreatif dalam seni rampak bedug. Rampak bedug yang berkembang saat ini dapat dikatakan sebagai hasil kreasi Haji Ilen dan sampai sekarang Haji Ilen masih ada. Rampak bedug kemudian dikembangkan oleh berempat yaitu : haji Ilen, Burhata (almarhum), juju, dan Rahmat. Hingga akhir tahun 2002 ini sudah banyak kelompok-kelompok pemain rampak bedug. [sumber: informasi wisata dan budaya]
Pemkab Pandeglang Lestarikan Rampak Bedug
Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, mengajak warga setempat melestarikan kebudayaan peninggalan nenek moyang.
"Banyak kebudayaan peninggalan nenek moyang, dan agar tidak musnah kita harus terus melestarikannya," kata Bupati Pandeglang Erwan Kurtubi.
Melestarikan kebudayaan, kata dia, perlu dukungan semua pihak, termasuk warga. Apalagi kebudayaan tersebut hidup dan berkembang di tengah masyarakat.
Bantuan dari masyarakat dalam melestarikan kebudayaan, kata dia, terus mempertahankan budaya yang ada, dan mengajarkannya pada generasi muda yang ada di lingkungan setempat.
Kabupaten Pandeglang, kata dia, memiliki banyak kebudayaan yang sampai saat ini masih hidup di tengah masyarakat, di antaranya Rampak Bedug atau lebih dikenal dengan Ngadu Bedug.
Rampak Bedug ini bahkan telah menjadi seni budaya khas Pandeglang yang sudah dikenal baik nasional maupun internasional.
Rampak Bedug merupakan suatu demo atau atraksi keahlian untuk ketahanan dan seni alam menabuh bedug berukuran besar yang biasanya jumlahnya delapan atau 12 unit.
Seni tabuh bedug itu dikombinasikan dengan tingtit atau bedug berukuran kecil yang `bertindak` sebagai pemandu.
Mengiringi irama yang di hasilkan dari atraksi Rampak Bedug biasanya juga di ikuti dengan gerak tubuh dari para penabuh yang mengikuti lagu yang di mainkan.
Adapun lagu yang biasa di mainkan di antaranya pingping cak-cak, nangtang, celementre, rurudatan, antingsela, sela gunung, kelapa samanggar, tengtot dan papatong bapak. [sumber: antaranews.com]
No comments:
Post a Comment